TUGAS
HASIL OBSERVASI
(ANAK PEMALU)
Dosen
Pembina
Rahman,
S.Pd
Di
susun Oleh
Siti Hasanah 1205125071
PENDIDIKAN ANAK
USIA DINI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas
kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya masih diberi
kesempatan untuk menyelesaikan tugas observasi ini.dimana tugas ini merupakan
salah satu dari tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling di PAUD. Tidak lupa
saya ucapkan terima kasih kepada dosen dan teman-teman yang telah memberikan
dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
saya menyadari bahwa dalam
penulisan tugas observasi ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu saya
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan semoga dengan
selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman. Amin...
Samarinda, 5 Desember 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Perasaan
malu adalah perasaan gelisah
yang dialami seseorang terhadap pandangan
Pada umumnya sejak lahir manusia telah memiliki sedikit perasaan malu,
namun bila perasaan itu telah berubah menjadi semacam rasa takut yang
berlebihan, maka hal itu akan menjadi suatu fobia, yaitu takut mengalami
tekanan dari orang lain atau takut menghadapi masyarakat.
Guru
tidak mudah mengetahui apakah muridnya seorang pemalu, sebab pada umumnya
mereka tidak suka berbuat kegaduhan atau masalah. Sifat pemalu dapat menjadi
masalah yang cukup serius sebab akan menghambat kehidupan anak, misalnya dalam
pergaulan, pertumbuhan harga diri, belajar, dan penyesuaian diri. Umumnya ciri
anak pemalu ialah terlalu sensitif, ragu-ragu, terisolir, murung, dan juga
sulit bergaul. Jadi mereka perlu diberi bantuan.
B.
RUMUSAN MASALAH
Bagaimana cara mengatasi/menangani
anak pemalu
BAB
II
DASAR
TEORI
Berdasarkan pendapat dari para
ahli mengidentifikasikan bahwa pemalu adalah suatu sifat bawaan atau karakter
yang terberi sejak lahir. Ahli lain mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku
yang merupakan hasil belajar atau respond terhadap suatu kondisi tertentu.
Secara erminolog, penulis menjabarkan pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri
seseorang dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain
terhadap dirinya dan merasa cemas karena penilaian ermin tersebut, sehingga
cenderung untuk menarik diri.
Hariansyah (2007), dalam Supriyo
(2008: 32) menyatakan bahwa pemalu adalah perilaku yang merupakan hasil belajar
atau respon terhadap suatu kondisi tertentu.
Swallow (2007) dalam Supriyo
(2008:32) mendefinisikan sifat pemalu sebagai suatu keadaan dalam diri
seseorang dimana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain
terhadap dirinya dan merasa takut atau cemas karena penialain tersebut,
sehingga cenderung untuk menarik diri.
Supriyo (2008: 32) menyebutkan
bahwa pemalu adalah rasa tidak nyaman, cemas atau takut di dalam setiap kegiatan ermin
khususnya karena mereka tidak memahami lingkungannya.
Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, erminology malu adalah merasa sangat tidak senang, rendah, hina dan
sebagainya karena berbuat sesuatu yang kurang baik, bercacat
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Analisi
Identitas Anak
1.
Nama :
Zahirah Putri Hendrawan
2.
Jenis
Kelamin :
Perempuan
3.
TK :
TRI ASIH 2
4.
Kelompok : B
5.
Tempat/Tanggal
lahir :
Balikpapan, 12 Agustus 2008
6.
Agama :
Islam
7.
Anak
ke :
2 dari 2 bersaudara
8.
Alamat sekolah : Perum Graha
Indah PGRI blok U
B.
Identitas
Orangtua
A.Bapak
1.
Nama
:
Agus Hendrawan
2.
Pekerjaan
:
Manager
3.
Pendidikan
:
S1
4.
Alamat
:
Perum Graha Indah PGRI blok Y
B.IBU
1.
Nama
:
Mujiati
2.
Pekerjaan
:
Ibu Rumah Tangga
3.
Pendidikan
:
S1
4.
Alamat :
Perum Graha Indah PGRI blok Y
C.
Sintesis
Berdasarkan
hasil analisi diatas, Zahirah
merupakan anak yang pemalu,karena semasa kecilnya zahira tidak pernah diajak
oleh orang tuanya untuk mengenal lingkungan sekitar tempat tinggalnya, bahkan
zahira lebih banyak menghabiskan waktunya didalam rumah bersama orang tuanya. Sehingga
saat ini setiap ada orang yang mencoba untuk mendekatinya zahira lagsung masuk
ke dalam rumah, bahkan jika diajak main pun zahira tidak meresponya dan lagsung
masuk kedalam kamarnya dan bermain sendiri. disekolah pun zahira lebih suka
main didalam kelas dibanding bermain bersama temen-temanya. Karena zahira
merasa minder dan kurang percaya diri jika bermain bersama temen-temanya.karena
dari awal orang tuanya tidak membiasakan anaknya untuk mengenal lingkungan
sekitar dan tidak membiarkan anaknya untuk bermain bersama temen-temen
sebayanya.
D.
Diagnosis
Beberapa hal yang menyebabkan anak pemalu :
1.Karakter Bawaaan
Sebagian pendapat mengatakan bahwa sifat pemalu adalah
karakter bawaan sejak lahir. Hal ini terlihat misalnya saja seorang bayi yang
ramah banyak tersenyum ketika berinteraksi dengan orang lain yang baru dikenal.
Sedangkan bayi lain ada yang langsung menangis ketika bertemu atau akan
digendong oleh orang yang baru dikenal.
2. Pengaruh Kondisi Tertentu
Pendapat lain juga banyak yang mengatakan sifat pemalu adalah respon yang didapat sebagai akibat adanya suatu kondisi tertentu. Misalnya saja karena pola asuh yang keliru, lingkungan sosial yang tidak nyaman bagi anak untuk berinteraksi, anak pernah mendapat pengalaman buruk dan lain sebagainya.
Pendapat lain juga banyak yang mengatakan sifat pemalu adalah respon yang didapat sebagai akibat adanya suatu kondisi tertentu. Misalnya saja karena pola asuh yang keliru, lingkungan sosial yang tidak nyaman bagi anak untuk berinteraksi, anak pernah mendapat pengalaman buruk dan lain sebagainya.
3. Pola asuh awal yang keliru
Rasa malu kemungkinan bisa terjadi karena pola pengasuhan awal yang salah ketika anak masih bayi terutama di dua tahun usia pertamanya. Hal ini karena otak bayi saat itu berkembang dengan sangat cepat dan ini adalah saat bayi mengembangkan pola mengasosiasikan sesuatu.
Rasa malu kemungkinan bisa terjadi karena pola pengasuhan awal yang salah ketika anak masih bayi terutama di dua tahun usia pertamanya. Hal ini karena otak bayi saat itu berkembang dengan sangat cepat dan ini adalah saat bayi mengembangkan pola mengasosiasikan sesuatu.
Misalnya
bayi yang sering berada dalam gendongan, atau orang tua yang segera berlari
memeluk anak saat bayi menangis. Bayi yang diperlakukan seperti ini akan
menjadi bayi manja dan merasa dicintai. Perasaan dicintai tentu saja baik bagi
anak, tapi apabila diberikan dengan cara berlebihan seperti memperlakukan anak
sebagai raja yang selalu dilayani setiap saat, menanggapi dengan cepat setiap
tangisannya dan banyak memberikan pujian yang berlebihan juga tidak terlalu
baik.
Anak yang
selalu dimanja saat sendirian tanpa orang tua akan merasa kehilangan pegangan
dan tidak mengetahui apa yang harus dilakukan. Sementara anak yang sejak bayi
tidak selalu dimanja tidak merasa takut, mampu mengatasi rasa kesendirian dan
tetap mampu menampilkan kemampuan dirinya dengan penuh
E.
Progmosis
1.
Jangan
mengolok-olok atau memperbincangkan sifat pemalu anak. Contohnya dengan
mengatakan “kamu sih pemalu”
2.
Pahami kesukaan
dan potensi anak, lalu doronglah ia untuk berani melakukan hal-hal tertentu,
lewat media hobi dan potensi diri. Misalnya, anak suka main mobil-mobilan,
ketika berada di toko, anak bisa didorong untuk mengatakan kepada pelayan bahwa
ia mencari mobil yang diinginkan.
3.
Secara rutin
ajak anak berkunjung ke rumah teman, tetangga atau kerabat dan bermain di sana.
Kunjungan sebaiknya dilakukan pada teman-teman yang berbeda. Selain secara
rutin berkunjung, juga sebaiknya mengundang anak-anak tetangga atau teman-teman
sekolah untuk bermain di rumah.
4.
Lakukan
role-playing bersama anak. Misalnya seperti pada contoh no. 2 di atas, anak
belum tentu berani bicara pada pelayan toko sekalipun didampingi. Maka, ketika
berada di rumah, orangtua dan anak bisa bermain peran seolah-olah sedang berada
di toko dan anak pura-pura bicara dengan pelayan. Role-playing dapat dilakukan
pada contoh-contoh yang lain.
5.
Orang tua harus jadi contoh bagi anak. Misalnya, jangan hanya
mendorong anak untuk percaya diri, tetapi juga jadilah model dari perilaku yang
percaya diri. Anak biasanya mengamati dan belajar dari perilaku orangtuanya
sendiri.
6.
Apapun usaha
yang dilakukan, sebaiknya orangtua tetap mendampingi dan tidak langsung
melepaskan anak seorang diri. Misalnya ketika diminta bicara pada pelayan toko,
orangtua berada di samping anak, atau ketika mengajak main ke rumah temannya,
orangtua tetap berada di rumah temannya itu. Anak bisa dibiarkan melakukan
seorang diri, jika dilihat rasa percaya dirinya sudah berkembang.
F.
Penanganan
anak pemalu
1. Gunakan kontak mata.
Saat
bicara dengan anak, biasakan untuk selalu menggunakan kontak mata langsung.
Secara tak sadar, hal ini akan memperkuat rasa percaya diri anak. Adanya kontak
mata saat menghadapi lawan bicara akan menimbulkan kepercayaan diri bagi
seseorang. Namun, jika anak tak nyaman saat melakukan kontak mata, ajarkan dia
untuk bicara sambil menatap hidung lawan bicaranya. Dengan beberapa kali
latihan seperti ini, kelamaan
rasa percaya dirinya akan meningkat dan teknik ini tak lagi dibutuhkan.
2. Ajarkan percakapan pembuka dan penutup.
2. Ajarkan percakapan pembuka dan penutup.
Buatlah
sebuah daftar kalimat untuk membuka dan menutup percakapan untuk berbagai
kelompok seperti, orang yang belum pernah ditemui, orang yang sudah dikenal,
seorang teman baru, dan lainnya. Kemudian latihlah mereka untuk berbicara berhadapan dengan berbagai tipe lawan
bicara yang mungkin ditemuinya. Melatih kemampuan dan keberanian secara
langsung dengan lawan bicara akan jauh lebih berhasil untuk mengurangi rasa
malu anak dibandingkan dengan pembicaraan di telepon.
3. Melatih dalam berbagai situasi sosial.
3. Melatih dalam berbagai situasi sosial.
Jika
kebetulan Anda menghadiri acara yang tidak terlalu formal dan diperbolehkan
membawa anak, ajaklah dia dalam acara tersebut sekaligus melatihnya untuk
menghilangkan rasa canggung dan malu. Siapkan anak untuk menghadapi acara
tersebut dengan menjelaskan situasi yang kemungkinan akan terjadi, begitu juga
mengenai orang yang akan mereka temui, sampai apa yang Anda harapkan dari si
kecil.
4. Berlatih dengan anak yang lebih muda.
4. Berlatih dengan anak yang lebih muda.
Philip
Zimbardo, psikolog yang kerap menangani masalah menghadapi rasa malu,
merekomendasikan sebuah cara untuk mengatasi rasa malu pada anak-anak. Caranya
dengan mengelompokkan anak pemalu dengan anak-anak yang usianya lebih muda.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Anak pemalu pada umumnya adalah, mewarisi
benih-benih pemalu dari orangtua, mempunyai orangtua pemalu sehingga mereka
menirunya, mengalami sesuatu yang buruk, diejek teman, cacat tubuh dan rendah
diri.Akibatnya adalah kesulitan berteman, berkomunikasi dan berhubungan dengan
oranglain sehingga ia menjadi anak penyendiri dan sulit mengungkapkan
perasaannya. Rasa malu yang berlebihan mengakibatkan fobia sosial. Jika rasa
fobia sosial pada masa anak-anak tidak ditangani dengan benar banyak dampak
negatif yang mengancam saat dewasa.Cara membimbing anak pemalu adalah bantu dia
membentuk dan memelihara pertemanan, jadilah orangtua yang berperilaku non
pemalu agar anak menirunya, bantu anak temukan bakat yang membuatnya merasa
special, jangan biarkan anak mengisolasi diri, ajari dan dorong anak untuk
bertanggung jawab dan tidak bergantung.
B.
Saran
Ikut sertakan Anak dalam berbagai kegiatan,Anak-anak
biasanya dapat menikmati kegiatannya jika ada anak-anak yang lain. Oleh sebab
itu, carilah kegiatan yang bisa dilakukan anak bersama dengan anak-anak
lainnya. Selain mendapatkan ketrampilan baru, anak Anda pun berkesempatan untuk
berinteraksi dan membuat teman baru. Tidak harus ketrampilan yang susah,
misalnya untuk anak usia dini, Anda bisa mengikutsertakan anak di playgroup
yang memiliki permainan-permainan interaktif; yang melatih dan mengembangkan
kemampuan anak serta memiliki teman baru.
DAFTAR PUSTAKA
See more at:
http://asalasah.blogspot.com/2013/05/masalah-penyebab-anak-menjadi-pemalu.html#sthash.3KoU788l.dpuf
0 komentar :
Posting Komentar