HASIL OBSERVASI
Diagnostik Anak
Bermasalah
(ANAK AGRESIF)
Dosen Pembina
Rahman, S.Pd
Di susun Oleh
Alvin
Wildaani
1205125102
A sore
2012
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................i
KATAPENGANTAR...................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan
Masalah...............................................................................1
BAB II DASAR TEORI
A. Pengertian.....................................................................................
2
B. Gejala Anak Penakut ................................................................. 3
C. Penyebab anak penakut ............................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis .......................................................................................
5
B. Sintesis .......................................................................................
7
C. Diagnosis ...................................................................................
7
D. Proknosis ..................................................................................
9
BABIV PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................10
B. Saran..................................................................................................
10
i
KATA PENGANTAR
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat
dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perkembangan
Anak dengan Sifat Anak Agresif. Makalah ini penulis buat sebagai kewajiban
untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Anak Usia Dini. Dalam
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran demi terselesainya makalah ini.
Akan
lebih baik lagi dalam kajian makalah yang akan diulas ini mendapat masukan-masukan
yang membangun dan dapat menyempurnakan makalah ini hingga memiliki nilai yang
berarti dalam realisasinya. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca dan
penulis. Amin
Samarinda, 11 Desember 2013
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan
dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat
terpenuh.Rasa kecewa, marah, sedih dan sebagainya merupakan suatu rasa yang
wajar dan natural. Namun seringkali, tanpa disadari orang tua ‘menyumbat’ emosi
yang dirasakan oleh anak. Misalnya saat anak menangis karena kecewa,orangtua
dengan berbagai cara berusaha menghibur, mengalihkan perhatian, memarahi dsb
demi menghentikan tangisan anak. Hal ini menurut sebenarnya membuat emosi anak
tak tersalurkan dengan lepas. Jika hal ini berlangsung terus menerus, akibatnya
timbullah yang disebut dengan tumpukan emosi. Tumpukan emosi inilah yang
nantinya dapat meledak tak terkendali dan muncul sebagai temper tantrum. Meluapkan
kemarahan dengan tindakan-tindakan yang berbahaya dan menimbulkan cedera adalah
salah satu bentuk tantrum agar anak mendapatkan apa yang ia inginkan.
Perwujudan tantrum pada anak yang dapat menimbulkan resiko cedera tersebut
dapat berupa menjatuhkan badan ke lantai, memukul kepala, atau melempar barang,
hal ini diduga merupakan bentuk awal dari temper tantrum pada saat anak sudah
mampu mengekspresikan rasa frustasinya. Jika temper tantrum telah terlanjur
muncul dalam bentuk perilaku yang membahayakan dan berpotensi menimbulkan
kerusakan, maka tindakan intervensi harus segera dilakukan. Semakin besar anak,
tenaga juga semakin kuat dan akan semakin sulit bagi orang tua untuk
mengendalikan atau mencegah tingkah lakunya yang tak terkendali. Selain itu timbunan
emosi ini juga dapat mengarah pada ‘kerusakan’ lain baik secara fisik ataupun
bentuk perilaku berbohong, menyalahkan orang lain, menutup diri, merebut milik
orang lain secara paksa dan sebagainya (Rulie, 2011).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan Latar belakang terdapat
Rumusan Masalah,”Bagaimana cara mengatasi anak “Agresif”,,?
1
BAB
II
DASAR
TEORI
A.
Pengertian
Mendefinisikan
perilaku agresif sama saja dengan mendefinisikan ketunalarasan. Hal tersebut
disebabkan oleh tidak adanya definisi tentang perilaku agresif secara baku.
Setiap orang dapat menetapkan bahwa suatu perilaku seorang anak termasuk
perilaku agresif setelah mengamati, mendengar, atau melihatnya. Akhirnya,
penetapan perilaku agresif tersebut tidak sangat bersifat subyektif. Hal tersebut
dikarenakan setiap orang memiliki kriteria tersendiri. Oleh karena itu, perlu
adanya kesepakatan atas satu kriteria perilaku agresif.
Bandura (1973), menetapkan beberapa kriteria
perilaku agresif yang dapat dijadikan sebagai suatu patokan, yaitu :
1. Karakteristik perilaku ini sendiri (apakah
serangan fisik, membuat malu, merusak barang milik, dan sebagainya), apapun
pengaruhnya kepada korban
2. Intensitas perilaku, di sini perilaku
dengan intensitas tinggi (berbicara sangat keras pada seseorang) dianggapagresif,
sedangkan perilaku dengan intensitas rendah (berbicara pelan – pelan) dianggap
tidak agresif
3. Ekspresi sakit, luka, atau perilaku
menghindar dari penderita tindakan
4. Kesengajaan oleh perilaku
5. Karakteristik pengamat (misalnya jenis
kelamin, kondisi sosial ekonomi, latar belakang etnis, pengalaman dengan
perilaku agresif, dan sebagainya)
Terdapat beberapa
istilah yang erat hubungannya dengan perilaku agresif, yaitu agresif sendiri,
yang pertama adalah assertive (= tegas). Menurut Kauffman (1985), perilaku
agresif sering diartikan sebagai perilaku tegas atau kemauan keras, sehingga
teori psikodinamika menganggap asertif sebagai cara mengekspresikan dorongan
agresif yang wajar dan baik, sedangkan psikologi behavioristik menganggap
perilaku agresif sebagai bagian dari perilaku asertif yang paling ekstrim jelek
dan tidak wajar.
2
Kaitan antara sikap
asretif dengan sikap agresif memang belum dibuktikan, tetapi ada pendapat bahwa
sikap asertif merupakan awal dari sikap agresif, dan sikap asertif ini akan
berubah menjadi agresif dengan dukungan dari lingkungan sekitar. Sebagai
contoh, seorang anak meminta permen kepada orang tuanya, dan orang tuanya
memberikan permen yang diminta. Hal ini akan membuat anak meminta perman lagi.
Jika keinginan ersebut tidak dituruti, maka anak tersebut akan bersikap semakin
keras, asertif. Namun jika diberi, maka anak tersebut akan mendapatkan yang
diinginkannya, dan perilaku asesrtif tersebut akan semakin tinggi (berteriak,
marah atau memukul).
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat di
simpulkan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku yang di tunjukan seseorang
cenderung bersifat merusak dan merugikan orang lain serta lingkungan di sekitar
mereka secara tidak terkontrol atau tidak terkendali.
B.
Gejala
Anak Agresif
Dari pendapat para ahli tersebut dapat
disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah tindakan yang dilakukan secara
sengaja yang mengakibat penderitaan fisik atau psikis pada orang lain atau
kerusakan barang dan benda. Untuk lebih jelasnya, apakah perilaku anak itu
dapat dikatagorikan agresif atau tidak, Bandura (Kim Fong Poon-McBrayer and
Ming-gon John Lian, 2002) mengemukakan kriteria-kriteria yang perlu menjadi
pertimbangan dalam menentukan agresif-tidaknya suatu perilaku anak, yaitu:
a. Kualitas perilaku agresif, derajat
atau ukuran, tingkatan perilaku agresif terhadap korban baik berupa serangan
fisik atau psikis, membuat malu, merusak barang orang lain.
b. Intensitas perilaku, sering-tidaknya melakukan tindakan-tindakan yang merugikan atau membahayakan korban.
c. Ada kesengajaan, dalam melakukan tindakan agresif, ada niat yang tersurat, sengaja melakukan perilaku agresif. Karakteristik pengamat, yaitu orang yang memperhatikan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini akan beragam karena akan ditentukan oleh jenis kelamin, kondisi sosial-ekonomi, etnis, pengalaman perilaku agresif dsb.
d. Pelaku menghindar ketika orang lain menderita sebagai akibat perbuatan¬nya, tidak ada prasaan bersalah atau berdosa.
3
b. Intensitas perilaku, sering-tidaknya melakukan tindakan-tindakan yang merugikan atau membahayakan korban.
c. Ada kesengajaan, dalam melakukan tindakan agresif, ada niat yang tersurat, sengaja melakukan perilaku agresif. Karakteristik pengamat, yaitu orang yang memperhatikan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini akan beragam karena akan ditentukan oleh jenis kelamin, kondisi sosial-ekonomi, etnis, pengalaman perilaku agresif dsb.
d. Pelaku menghindar ketika orang lain menderita sebagai akibat perbuatan¬nya, tidak ada prasaan bersalah atau berdosa.
3
e.
Karakteristik sipelaku itu sendiri, misalnya faktor usia, jenis kelamin,
pengalaman dalam berperilaku agresif, dsb.
Singkatnya, seorang anak dikatago¬rikan agresif atau tidak akan ditentukan oleh sipengamat itu sendiri yang cenderung subyektif, bobot dan kualitas perilaku agresif, kuantitas atau frekuensi perilaku agresif, ada kesengajaan (niat) untuk memenuhi kebutuhan, harus terlihat ada rasa tanggung jawab (menghindar) apabila diminta pertanggung jawaban, dan karakteristik sipelaku itu sendiri seperti faktor usia dan jenis kelamin.
Singkatnya, seorang anak dikatago¬rikan agresif atau tidak akan ditentukan oleh sipengamat itu sendiri yang cenderung subyektif, bobot dan kualitas perilaku agresif, kuantitas atau frekuensi perilaku agresif, ada kesengajaan (niat) untuk memenuhi kebutuhan, harus terlihat ada rasa tanggung jawab (menghindar) apabila diminta pertanggung jawaban, dan karakteristik sipelaku itu sendiri seperti faktor usia dan jenis kelamin.
C.
Penyebab
Anak Agresif
Faktor
penyebab berperilaku agresif pada anak disebabkan terhambatanya perkembangan
emosi, sosial, dan biologis. Perilaku agresif bukan suatu kondisi melainkan
suatu “penyakit”, maka sangat memungkinkan untuk di “sembuhkan”, diatasi. Dalam
upaya membantu mengatasi perilaku tersebut, ada beberapa metoda dan teknik yang
dapat dilakukan oleh guru atau orang tua, yaitu: Pemahaman dan penerimaan
terhadap pribadi anak, menciptakan PAKEM, mengembangkan katarsis, menghapuskan
pemberian imbalan, strategi memperagakan, menciptakan lingkungan nonagresif,
mengembangkan sikap empati, dan memberikan hukuman.
Penyebab
perilaku agresif sangat kompleks, tidak tunggal, tetapi secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab, yaitu internal dan eksternal. Kedua
faktor tersebut menyebabkan terhambatnya perkembangan aspek emosi atau dan
sosial yang bersangkutan. Terhambatnya perkembangan emosi dan perilaku sosial
di antaranya diwujudkan dalam bentuk perilaku agresif.
Perilaku
agresif dilakukan anak/remaja, baik di rumah, sekolah, bahkan di lingkungan
masyarakat luas. Perilaku agresif pada batas-batas yang wajar pada anak/remaja
masih dapat ditolerir atau diabaikan, namun apabila sudah menjurus dapat
merugikan dirinya dan orang lain, maka perlu ditangani secara sunguh-sungguh,
karena dapat berakibat lebih patal. Dampak perilaku agresif tidak hanya
mempengaruhi fungsi anak dalam perkembangan emosi dan perilaku, tetapi hal
tersebut juga mempengaruhi prestasi akademis, interaksi sosial mereka dengan
teman sebaya dan guru.
4
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis
1. Identitas
Anak
Nama
lengkap :
Hanif Muslimah
Nama
Penggilan :
Hanif
Jenis
Kelamin :
Perempuan
Tempat/Tanggal
Lahir :
Samarinda/28 September 2008
Anak
ke :
(1) Satu
Agama
:
Islam
Alamat
:
Jln.Wolter Monginsidi No.11
Rt.24
Usia
:
5 Tahun
Kelas
:
B
Sekolah
:
Al-Kautshar
2. Identitas
Orang Tua
a. Ayah
Kandung
Nama : Hadyanto
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Wiraswasta
Pendidikan :
Ir.Pertanian
Alamat :
Jln.Wolter Monginsidi No.11
Rt.24
b. Ibu
Kandung
Nama :
Tri Gianingsih
Agama :
Islam
Pekerjaan :
Perawat RSI
Pendidikan :
AKPER
Alamat :
Jln.Wolter Monginsidi No.11
Rt.24
5
3.
Kondisi Sosial/Ekonomi
a.
Social
Hubungan
dalam bermasyarakat sangat kurang. Karena ibu yang sibuk dan pulang kerja jam
21.00,kemudian ayah yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri.
b.
Ekonomi
Untuk kebutuhan Ekonomi sangat Cukup
4.
Riwayat Anak
a. Riwayat Kelahiran
Kehamilan
Pernah mengalami keguguran sebelumnya? Tidak
Apakah mengalami stress pada saat Hamil?
Tidak
Apakah pernah jatuh pada saat hamil? Tidak
Apakah pernah mengajak berbicara pada bayi
yang dikandung? Pernah
Pernahkan mendengarkan musik pada bayi yang
dikandung? Tidak
Pernahkah pergi Rekreasi pada saat
mengandung? Tidak
Kelahiran
Umur Kandungan saat Lahir : 9 bulan
Saat kelahiran dengan Cara : Normal
Tempat Kelahiran : RSI
Ditolong
Oleh :
Dokter
Berat
Bayi :
3 kg
b.
Riwayat
Makanan
Minum
ASI usia : 1,5
Tahun
Minum susu Botol : 5 Tahun
Dari
umur berapa susah makan : 3 tahun
Apakah
suka makanan ringan : sering
c.
Riwayat
Perkembangan Fisik
Telungkup:
9 bulan,Duduk: 12 bulan,Berdiri: 1 tahun 4 bulan , Berjalan: 1 tahun 6 bulan ,Berbicara Kata Pertama: 1 tahun 10 bulan
d.
Factor
Sosial dan Personal
Hubungan
dengan Teman :
Kurang
Sikap
Orang Tua terhadap anak :
Baik
Sikap
terhadap masalah Belajar saat didalm Kelas :
Kurang
6
Sikap
terhadap Pelajaran yang berada diluar Kelas :
Kurang
e.
Riwayat
Pendidkan
Masuk
TK Umur 4 Tahun
Kesulitan Anak : Agresif
(Merasa terganggu saat bermain dengan teman-temannya,dengan egonya yang ingin
menang sendiri) dan selalu menyakiti dirinya sendiri.
B.
Sintesis
Dari
data diatas, sesuai dengan pengamatan penulis sintesis yang diperoleh mengenai
Hanif Muslimah adalah dia berasal dari keluarga yang keluarga yang berada
dikalangan ekonomis yang sangat berkecukupan karna dia merupakan anak
satu-satunya dari ayah dan ibunya. Kehidupan dari keluarga Hanif sangat baik,,
akan tetapi hanif memiliki sifat yang sangat agresif,saat bermain dengan
teman-temannya dia tidak ingin diganggu dan tidak mau saling berbagi terhadap
temannya. Suka mengatakan sesuatu dengan nada suara tinggi/berteriak.
Berteriak atau berbicara keras, jika dilakukan terus menerus menjadi tidak enak
didengar,kemudian suka Meminta orang lain untuk membantu pada pekerjaan yang
sebenarnya mampu dilakukannya sendiri. Tidak pernah mendengarkan nasehat Orang
lain tentang hal yang buruk tentang dirinya. Dengan melihat kedua orang tuanya
yang lumayan sibuk,hanif memiliki sifat agresif karena kurang perhatian dari
orang tuanya.
C.
Diagnosis
Ada
3 asumsi yang menyebabkan perilaku agresif:
1. Agresifitas merupakan perilaku instink
keturunan yang kemudian terbentuk melalui proses evolusi dikendalikan terutama
oleh stimulus tertentu. Asumsi tentang semua orang terlahir agresif perlu
dipertanyakan karena tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Hasil
penelitian justru menunjukkan bahwa interaksi seseorang dengan lingkungannya
merupakan faktor yang lebih dominan yang menyebabkan perilaku agresif ini
muncul.
7
2. Perilaku agresif merupakan respons
terhadap kelainan hormon dan susunan biokimiawi tubuh. Belum ditemukan bukti
yang cukup untuk menunjukkan bahwa struktur biokimiawi tubuh dapt menyebabkan
perilaku agresif, meskipun penggunaan obat dan perubahan hormon memang dapat
menyebabkan seseorang agresif.
3. Perilaku agresif merupakan
getaran-getaran elektrik yang terjadi pada system saraf pusat. Mekanisme otak
mempengaruhi perilaku, sehingga agresifitas dapat disebabkan oleh hasil
pengamatan pada kasus gegar otak atau stimulasi elektrik dan kimiawi pada otak
yang dapat menyebabkan perilaku agresif.
Sehingga
dapat ditarik kesimpulan, bahwa semua jenis perilaku, termasuk perilaku
agresif, melibatkan proses neurologis. Faktor biologis juga bukan satu-satunya
faktor yang mengendalikan perilaku.
Berdasarkan
berbagai hasil penelitian, Kauffman (1985) membuat generalisasi tentang
konsep-konsep teori belajar social mengenai agresi, yakni sebagai berikut:
1. Anak terbentuk menjadi agresif dengan
mengamati model atau contoh. Anak dapat meniru perilaku agresif yang dilakukan
oleh orang-orang disekitarnya, yaitu anggota keluarga, anggota masyarakat,
teman sebaya, atau tokoh yang dikenal melaui media (bacaan, Koran, radio, TV,
internet) baik tokoh nyata maupun fiktif. Perilaku agresif kemungkinan besar
ditiru oleh anak jika tokoh tersebut berasal dari lingkungan sosial yang lebih
tinggi. Anak terbiasa melakukan tindakan agresif ini jika dia merasa bahwa apa
yang dilakukannya tidak menimbulkan konsekuensi negatif, bahkan menimbulkan
konsekuensi positif ( misalnya anak akan mendapatkan hadiah yang
diinginkannya).
2. Perilaku agresif akan muncul jika anak memperoleh stimulus
yang tidak menyenangkan, kemauannya dihalangi, atau hal-hal yang disenanginya
tersebut direbut atau dikurangi.
3. Faktor yang mendorong perilaku agresif
meliputi penguat eksternal (imbalan) dan penguat diri (perasaan harga dirinya
naik, kebanggaan, kepuasan karena keinginannya tercapai).
4.
Agresi didukung oleh proses
kognitif yang mengevaluasi tindakan
kekerasan.
8
5. Hukuman akan meningkatkan perilaku
agresif jika tidak disediakan alternatif positif atas perbuatan yang dihukum
tersebut.
D.
Proknosis (Langkah Awal)
Saat mengatasi anak agresif tak
jarang membuat orangtua kewalahan. Orangtua yang tidak sabar, cenderung emosi
saat menghadapi anak agresif. Pengertian dan kesabaran menjadi kunci dalam
menghadapi anak agresif. Meski Anda emosi, jangan pernah menggunakan kekerasan
untuk menghukum anak Anda. Ada yang berpikir, dengan pukulan, anak akan
berhenti berperilaku buruk. Menghentikan perilakunya itu mungkin saja. Tapi itu
hanya untuk sementara.Anak menghentikan perilaku buruknya karena takut akan
dipukul lagi, bukan karena ia menyadari perbuatannya salah. Bahkan mungkin saja
ia akan mengulangi perbuatannya lebih buruk lagi untuk membuat orangtuanya
lebih kesal dan jengkel.
Jika memang anak harus dihukum, Anda
bisa memberikan hukuman lain tanpa menggunakan kekerasan atau pukulan. Misalnya
saja memperingatkannya dengan kata-kata, melarangnya menonton televisi,
menyuruhnya duduk di pojok ruangan memikirkan perbuatannya yang salah, dan
lainnya.Saat anak agresif mulai beraksi, cobalah berusaha untuk menenangkannya.
Jika ia memberontak, coba peluk dan tanyakan apa yang diinginkannya. Jika ia
menuruti semua nasehat Anda, jangan segan-segan untuk memujinya dan memberinya
pelukan hangat.Cobalah untuk mengajarkan anak Anda bagaimana untuk
mengungkapkan perasaan. Mintalah ia untuk bicara pada Anda saat ada sesuatu
yang membuatnya merasa terganggu atau membuatnya menjadi emosi dan marah.
Jelaskan bahwa meluapkan emosi dengan memukul atau menyakiti orang lain
sangatlah tidak baik.
Jika anak Anda berhasil mengendalikan
emosinya, berilah ia pujian atau bahkan hadiah yang ia inginkan. Hal itu akan
memicu anak agresif untuk berusaha mengendalikan emosinya. Mungkin awalnya
karena berharap hadiah, tapi lama-lama ia pun akan terbiasa.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pendapat para ahli maka dapat di simpulkan bahwa perilaku agresif adalah
tingkah laku yang di tunjukan seseorang cenderung bersifat merusak dan
merugikan orang lain serta lingkungan di sekitar mereka secara tidak terkontrol
atau tidak terkendali. Yang termasuk perilaku agresif adalah perilaku yang
berakibat pada penderitaan orang lain dan kerusakan barang atau
benda.penderitaan dapat bersifat psikis (dalam bentuk turunnya harga diri dan
kehormatan) maupun fisik. Terdapat 4 asumsi utama penyebab perilaku agresif,
yaitu faktor biologis, psikodinamika, frustasi-agresif, dan teori belajar
sosial.
Perilaku
menyakiti diri sendiri biasanya dilakukan oleh penyandang tunalaras
tingkat berat, yaitu psikotik, autistik, atau schizopherinik yang dengan
sengaja menyakiti diri sendiri secara berulang-ulang dalam berbagai bentuk
perilaku yang menyebabkan luka tubuh dan tindakan tersebut dilakukan dengan
intensitas, kecepatan, dan kemauan yang tinggi.
B. Saran
Pihak sekolah dan pihak orang tua harus
bekerja sama dalam memahami dan mengerti keinginan anak agar dapat ditentukan
tindakan yang tepat untuk mengendalikan perilaku agresif dan menyakiti diri
anak sendiri. Adanya sarana dan model pembelajaran khusus bagi anak tunalaras
yang diberikan oleh para ahli yang terbiasa menangani anak tunalaras
yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan sifat ketunalarasan pada
anak, sehingga anak mampu mimiliki kepribadian yang baik.
10
0 komentar :
Posting Komentar