Sabtu, 14 Desember 2013

Bimbingan dan Konseling Alvin Wildaani



HASIL OBSERVASI
Diagnostik Anak Bermasalah
(ANAK AGRESIF)
Dosen Pembina
Rahman, S.Pd



Di susun Oleh
Alvin Wildaani
1205125102
A sore
2012
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2013

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................i
KATAPENGANTAR...................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
      A. Latar Belakang.....................................................................................1
      B. Rumusan Masalah...............................................................................1
BAB II DASAR TEORI
A. Pengertian..................................................................................... 2
B. Gejala Anak Penakut ................................................................. 3
C. Penyebab anak penakut ............................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis ....................................................................................... 5 
B. Sintesis ....................................................................................... 7
C. Diagnosis ................................................................................... 7
D. Proknosis ..................................................................................  9
BABIV PENUTUP
      A. Kesimpulan........................................................................................10
      B. Saran.................................................................................................. 10








i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan izin-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Perkembangan Anak dengan Sifat Anak Agresif. Makalah ini penulis buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Anak Usia Dini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan pikiran demi terselesainya makalah ini.
Akan lebih baik lagi dalam kajian makalah yang akan diulas ini mendapat masukan-masukan yang membangun dan dapat menyempurnakan makalah ini hingga memiliki nilai yang berarti dalam realisasinya. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca dan penulis. Amin

















                   Samarinda, 11 Desember 2013





ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuh.Rasa kecewa, marah, sedih dan sebagainya merupakan suatu rasa yang wajar dan natural. Namun seringkali, tanpa disadari orang tua ‘menyumbat’ emosi yang dirasakan oleh anak. Misalnya saat anak menangis karena kecewa,orangtua dengan berbagai cara berusaha menghibur, mengalihkan perhatian, memarahi dsb demi menghentikan tangisan anak. Hal ini menurut sebenarnya membuat emosi anak tak tersalurkan dengan lepas. Jika hal ini berlangsung terus menerus, akibatnya timbullah yang disebut dengan tumpukan emosi. Tumpukan emosi inilah yang nantinya dapat meledak tak terkendali dan muncul sebagai temper tantrum. Meluapkan kemarahan dengan tindakan-tindakan yang berbahaya dan menimbulkan cedera adalah salah satu bentuk tantrum agar anak mendapatkan apa yang ia inginkan. Perwujudan tantrum pada anak yang dapat menimbulkan resiko cedera tersebut dapat berupa menjatuhkan badan ke lantai, memukul kepala, atau melempar barang, hal ini diduga merupakan bentuk awal dari temper tantrum pada saat anak sudah mampu mengekspresikan rasa frustasinya. Jika temper tantrum telah terlanjur muncul dalam bentuk perilaku yang membahayakan dan berpotensi menimbulkan kerusakan, maka tindakan intervensi harus segera dilakukan. Semakin besar anak, tenaga juga semakin kuat dan akan semakin sulit bagi orang tua untuk mengendalikan atau mencegah tingkah lakunya yang tak terkendali. Selain itu timbunan emosi ini juga dapat mengarah pada ‘kerusakan’ lain baik secara fisik ataupun bentuk perilaku berbohong, menyalahkan orang lain, menutup diri, merebut milik orang lain secara paksa dan sebagainya (Rulie, 2011).
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang terdapat Rumusan Masalah,”Bagaimana cara mengatasi anak “Agresif”,,?




1

BAB II
DASAR TEORI
A.    Pengertian
Mendefinisikan perilaku agresif sama saja dengan mendefinisikan ketunalarasan. Hal tersebut disebabkan oleh tidak adanya definisi tentang perilaku agresif secara baku. Setiap orang dapat menetapkan bahwa suatu perilaku seorang anak termasuk perilaku agresif setelah mengamati, mendengar, atau melihatnya. Akhirnya, penetapan perilaku agresif tersebut tidak sangat bersifat subyektif. Hal tersebut dikarenakan setiap orang memiliki kriteria tersendiri. Oleh karena itu, perlu adanya kesepakatan atas satu kriteria perilaku agresif.
Bandura (1973), menetapkan beberapa kriteria perilaku agresif yang dapat dijadikan sebagai suatu patokan, yaitu :
1.    Karakteristik perilaku ini sendiri (apakah serangan fisik, membuat malu, merusak barang milik, dan sebagainya), apapun pengaruhnya kepada korban
2.    Intensitas perilaku, di sini perilaku dengan intensitas tinggi (berbicara sangat keras pada seseorang) dianggapagresif, sedangkan perilaku dengan intensitas rendah (berbicara pelan – pelan) dianggap tidak agresif
3.    Ekspresi sakit, luka, atau perilaku menghindar dari penderita tindakan
4.    Kesengajaan oleh perilaku
5.    Karakteristik pengamat (misalnya jenis kelamin, kondisi sosial ekonomi, latar belakang etnis, pengalaman dengan perilaku agresif, dan sebagainya)
Terdapat beberapa istilah yang erat hubungannya dengan perilaku agresif, yaitu agresif sendiri, yang pertama adalah assertive (= tegas). Menurut Kauffman (1985), perilaku agresif sering diartikan sebagai perilaku tegas atau kemauan keras, sehingga teori psikodinamika menganggap asertif sebagai cara mengekspresikan dorongan agresif yang wajar dan baik, sedangkan psikologi behavioristik menganggap perilaku agresif sebagai bagian dari perilaku asertif yang paling ekstrim jelek dan tidak wajar. 

2

Kaitan antara sikap asretif dengan sikap agresif memang belum dibuktikan, tetapi ada pendapat bahwa sikap asertif merupakan awal dari sikap agresif, dan sikap asertif ini akan berubah menjadi agresif dengan dukungan dari lingkungan sekitar. Sebagai contoh, seorang anak meminta permen kepada orang tuanya, dan orang tuanya memberikan permen yang diminta. Hal ini akan membuat anak meminta perman lagi. Jika keinginan ersebut tidak dituruti, maka anak tersebut akan bersikap semakin keras, asertif. Namun jika diberi, maka anak tersebut akan mendapatkan yang diinginkannya, dan perilaku asesrtif tersebut akan semakin tinggi (berteriak, marah atau memukul).
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat di simpulkan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku yang di tunjukan seseorang cenderung bersifat merusak dan merugikan orang lain serta lingkungan di sekitar mereka secara tidak terkontrol atau tidak terkendali.
B.     Gejala Anak Agresif
Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah tindakan yang dilakukan secara sengaja yang mengakibat penderitaan fisik atau psikis pada orang lain atau kerusakan barang dan benda. Untuk lebih jelasnya, apakah perilaku anak itu dapat dikatagorikan agresif atau tidak, Bandura (Kim Fong Poon-McBrayer and Ming-gon John Lian, 2002) mengemukakan kriteria-kriteria yang perlu menjadi pertimbangan dalam menentukan agresif-tidaknya suatu perilaku anak, yaitu:
a. Kualitas perilaku agresif, derajat atau ukuran, tingkatan perilaku agresif terhadap korban baik berupa serangan fisik atau psikis, membuat malu, merusak barang orang lain.
b. Intensitas perilaku, sering-tidaknya melakukan tindakan-tindakan yang merugikan atau membahayakan korban.
c. Ada kesengajaan, dalam melakukan tindakan agresif, ada niat yang tersurat, sengaja melakukan perilaku agresif. Karakteristik pengamat, yaitu orang yang memperhatikan perilaku agresif yang dilakukan oleh seseorang. Hal ini akan beragam karena akan ditentukan oleh jenis kelamin, kondisi sosial-ekonomi, etnis, pengalaman perilaku agresif dsb.
d. Pelaku menghindar ketika orang lain menderita sebagai akibat perbuatan¬nya, tidak ada prasaan bersalah atau berdosa.
3
e. Karakteristik sipelaku itu sendiri, misalnya faktor usia, jenis kelamin, pengalaman dalam berperilaku agresif, dsb.
Singkatnya, seorang anak dikatago¬rikan agresif atau tidak akan ditentukan oleh sipengamat itu sendiri yang cenderung subyektif, bobot dan kualitas perilaku agresif, kuantitas atau frekuensi perilaku agresif, ada kesengajaan (niat) untuk memenuhi kebutuhan, harus terlihat ada rasa tanggung jawab (menghindar) apabila diminta pertanggung jawaban, dan karakteristik sipelaku itu sendiri seperti faktor usia dan jenis kelamin.
C.    Penyebab Anak Agresif
Faktor penyebab berperilaku agresif pada anak disebabkan terhambatanya perkembangan emosi, sosial, dan biologis. Perilaku agresif bukan suatu kondisi melainkan suatu “penyakit”, maka sangat memungkinkan untuk di “sembuhkan”, diatasi. Dalam upaya membantu mengatasi perilaku tersebut, ada beberapa metoda dan teknik yang dapat dilakukan oleh guru atau orang tua, yaitu: Pemahaman dan penerimaan terhadap pribadi anak, menciptakan PAKEM, mengembangkan katarsis, menghapuskan pemberian imbalan, strategi memperagakan, menciptakan lingkungan nonagresif, mengembangkan sikap empati, dan memberikan hukuman.
Penyebab perilaku agresif sangat kompleks, tidak tunggal, tetapi secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua penyebab, yaitu internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut menyebabkan terhambatnya perkembangan aspek emosi atau dan sosial yang bersangkutan. Terhambatnya perkembangan emosi dan perilaku sosial di antaranya diwujudkan dalam bentuk perilaku agresif.
Perilaku agresif dilakukan anak/remaja, baik di rumah, sekolah, bahkan di lingkungan masyarakat luas. Perilaku agresif pada batas-batas yang wajar pada anak/remaja masih dapat ditolerir atau diabaikan, namun apabila sudah menjurus dapat merugikan dirinya dan orang lain, maka perlu ditangani secara sunguh-sungguh, karena dapat berakibat lebih patal. Dampak perilaku agresif tidak hanya mempengaruhi fungsi anak dalam perkembangan emosi dan perilaku, tetapi hal tersebut juga mempengaruhi prestasi akademis, interaksi sosial mereka dengan teman sebaya dan guru.


4

BAB III
PEMBAHASAN
A.    Analisis
1.      Identitas Anak
Nama lengkap                                     : Hanif Muslimah
Nama Penggilan                                  : Hanif
Jenis Kelamin                                      : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir                         : Samarinda/28 September 2008
Anak ke                                               : (1) Satu
Agama                                                 : Islam
Alamat                                                : Jln.Wolter Monginsidi No.11
                                                              Rt.24
Usia                                                     : 5 Tahun
Kelas                                                   : B
Sekolah                                               : Al-Kautshar
2.      Identitas Orang Tua
a.      Ayah Kandung
Nama                                 : Hadyanto
Agama                               : Islam
Pekerjaan                           : Wiraswasta
Pendidikan                        : Ir.Pertanian
Alamat                              : Jln.Wolter Monginsidi No.11
                                            Rt.24
b.      Ibu Kandung
Nama                                 : Tri Gianingsih
Agama                               : Islam
Pekerjaan                           : Perawat RSI
Pendidikan                        : AKPER
Alamat                              : Jln.Wolter Monginsidi No.11
                                            Rt.24





                                    5

3.      Kondisi Sosial/Ekonomi
a.      Social
Hubungan dalam bermasyarakat sangat kurang. Karena ibu yang sibuk dan pulang kerja jam 21.00,kemudian ayah yang sibuk dengan pekerjaannya sendiri.
b.      Ekonomi
      Untuk kebutuhan Ekonomi sangat Cukup

4.      Riwayat Anak
a.       Riwayat Kelahiran
Kehamilan
Pernah mengalami keguguran sebelumnya? Tidak
Apakah mengalami stress pada saat Hamil? Tidak
Apakah pernah jatuh pada saat hamil? Tidak
Apakah pernah mengajak berbicara pada bayi yang dikandung? Pernah
Pernahkan mendengarkan musik pada bayi yang dikandung? Tidak
Pernahkah pergi Rekreasi pada saat mengandung? Tidak
Kelahiran
Umur Kandungan saat Lahir        : 9 bulan
Saat kelahiran dengan Cara          : Normal
Tempat Kelahiran                          : RSI
Ditolong Oleh                               : Dokter
Berat Bayi                                     : 3 kg
b.      Riwayat Makanan
Minum ASI usia                            : 1,5 Tahun
Minum susu Botol                         : 5 Tahun
Dari umur berapa susah makan     : 3 tahun
Apakah suka makanan ringan       : sering
c.       Riwayat Perkembangan Fisik
Telungkup: 9 bulan,Duduk: 12 bulan,Berdiri: 1 tahun 4 bulan , Berjalan: 1 tahun 6 bulan ,Berbicara Kata Pertama: 1 tahun 10 bulan
d.      Factor Sosial dan Personal
Hubungan dengan Teman                                     : Kurang
Sikap Orang Tua terhadap anak                            : Baik
Sikap terhadap masalah Belajar saat didalm Kelas           : Kurang

                              6

Sikap terhadap Pelajaran yang berada diluar Kelas          : Kurang
e.       Riwayat Pendidkan
Masuk TK Umur 4 Tahun
                  Kesulitan Anak : Agresif (Merasa terganggu saat bermain dengan teman-temannya,dengan egonya yang ingin menang sendiri) dan selalu menyakiti dirinya sendiri.

B.     Sintesis
Dari data diatas, sesuai dengan pengamatan penulis sintesis yang diperoleh mengenai Hanif Muslimah adalah dia berasal dari keluarga yang keluarga yang berada dikalangan ekonomis yang sangat berkecukupan karna dia merupakan anak satu-satunya dari ayah dan ibunya. Kehidupan dari keluarga Hanif sangat baik,, akan tetapi hanif memiliki sifat yang sangat agresif,saat bermain dengan teman-temannya dia tidak ingin diganggu dan tidak mau saling berbagi terhadap temannya. Suka mengatakan sesuatu dengan nada suara tinggi/berteriak. Berteriak atau berbicara keras, jika dilakukan terus menerus menjadi tidak enak didengar,kemudian suka Meminta orang lain untuk membantu pada pekerjaan yang sebenarnya mampu dilakukannya sendiri. Tidak pernah mendengarkan nasehat Orang lain tentang hal yang buruk tentang dirinya. Dengan melihat kedua orang tuanya yang lumayan sibuk,hanif memiliki sifat agresif karena kurang perhatian dari orang tuanya.
C.    Diagnosis
Ada 3 asumsi yang menyebabkan perilaku agresif:
1.      Agresifitas merupakan perilaku instink keturunan yang kemudian terbentuk melalui proses evolusi dikendalikan terutama oleh stimulus tertentu. Asumsi tentang semua orang terlahir agresif perlu dipertanyakan karena tidak didukung oleh bukti-bukti yang cukup. Hasil penelitian justru menunjukkan bahwa interaksi seseorang dengan lingkungannya merupakan faktor yang lebih dominan yang menyebabkan perilaku agresif ini muncul.

7

2.      Perilaku agresif merupakan respons terhadap kelainan hormon dan susunan biokimiawi tubuh. Belum ditemukan bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa struktur biokimiawi tubuh dapt menyebabkan perilaku agresif, meskipun penggunaan obat dan perubahan hormon memang dapat menyebabkan seseorang agresif.
3.      Perilaku agresif merupakan getaran-getaran elektrik yang terjadi pada system saraf pusat. Mekanisme otak mempengaruhi perilaku, sehingga agresifitas dapat disebabkan oleh hasil pengamatan pada kasus gegar otak atau stimulasi elektrik dan kimiawi pada otak yang dapat menyebabkan perilaku agresif.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa semua jenis perilaku, termasuk perilaku agresif, melibatkan proses neurologis. Faktor biologis juga bukan satu-satunya faktor yang mengendalikan perilaku.
Berdasarkan berbagai hasil penelitian, Kauffman (1985) membuat generalisasi tentang konsep-konsep teori belajar social mengenai agresi, yakni sebagai berikut:
1.      Anak terbentuk menjadi agresif dengan mengamati model atau contoh. Anak dapat meniru perilaku agresif yang dilakukan oleh orang-orang disekitarnya, yaitu anggota keluarga, anggota masyarakat, teman sebaya, atau tokoh yang dikenal melaui media (bacaan, Koran, radio, TV, internet) baik tokoh nyata maupun fiktif. Perilaku agresif kemungkinan besar ditiru oleh anak jika tokoh tersebut berasal dari lingkungan sosial yang lebih tinggi. Anak terbiasa melakukan tindakan agresif ini jika dia merasa bahwa apa yang dilakukannya tidak menimbulkan konsekuensi negatif, bahkan menimbulkan konsekuensi positif ( misalnya anak akan mendapatkan hadiah yang diinginkannya).
2.      Perilaku agresif  akan muncul jika anak memperoleh stimulus yang tidak menyenangkan, kemauannya dihalangi, atau hal-hal yang disenanginya tersebut direbut atau dikurangi.
3.      Faktor yang mendorong perilaku agresif meliputi penguat eksternal (imbalan) dan penguat diri (perasaan harga dirinya naik, kebanggaan, kepuasan karena keinginannya tercapai).
4.      Agresi didukung oleh proses kognitif  yang mengevaluasi tindakan kekerasan.

8

5.      Hukuman akan meningkatkan perilaku agresif jika tidak disediakan alternatif positif atas perbuatan yang dihukum tersebut.
D.    Proknosis (Langkah Awal)
            Saat mengatasi anak agresif tak jarang membuat orangtua kewalahan. Orangtua yang tidak sabar, cenderung emosi saat menghadapi anak agresif. Pengertian dan kesabaran menjadi kunci dalam menghadapi anak agresif. Meski Anda emosi, jangan pernah menggunakan kekerasan untuk menghukum anak Anda. Ada yang berpikir, dengan pukulan, anak akan berhenti berperilaku buruk. Menghentikan perilakunya itu mungkin saja. Tapi itu hanya untuk sementara.Anak menghentikan perilaku buruknya karena takut akan dipukul lagi, bukan karena ia menyadari perbuatannya salah. Bahkan mungkin saja ia akan mengulangi perbuatannya lebih buruk lagi untuk membuat orangtuanya lebih kesal dan jengkel.
            Jika memang anak harus dihukum, Anda bisa memberikan hukuman lain tanpa menggunakan kekerasan atau pukulan. Misalnya saja memperingatkannya dengan kata-kata, melarangnya menonton televisi, menyuruhnya duduk di pojok ruangan memikirkan perbuatannya yang salah, dan lainnya.Saat anak agresif mulai beraksi, cobalah berusaha untuk menenangkannya. Jika ia memberontak, coba peluk dan tanyakan apa yang diinginkannya. Jika ia menuruti semua nasehat Anda, jangan segan-segan untuk memujinya dan memberinya pelukan hangat.Cobalah untuk mengajarkan anak Anda bagaimana untuk mengungkapkan perasaan. Mintalah ia untuk bicara pada Anda saat ada sesuatu yang membuatnya merasa terganggu atau membuatnya menjadi emosi dan marah. Jelaskan bahwa meluapkan emosi dengan memukul atau menyakiti orang lain sangatlah tidak baik.
    Jika anak Anda berhasil mengendalikan emosinya, berilah ia pujian atau bahkan hadiah yang ia inginkan. Hal itu akan memicu anak agresif untuk berusaha mengendalikan emosinya. Mungkin awalnya karena berharap hadiah, tapi lama-lama ia pun akan terbiasa.




9

BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat di simpulkan bahwa perilaku agresif adalah tingkah laku yang di tunjukan seseorang cenderung bersifat merusak dan merugikan orang lain serta lingkungan di sekitar mereka secara tidak terkontrol atau tidak terkendali. Yang termasuk perilaku agresif adalah perilaku yang berakibat pada penderitaan orang lain dan kerusakan barang atau benda.penderitaan dapat bersifat psikis (dalam bentuk turunnya harga diri dan kehormatan) maupun fisik. Terdapat 4 asumsi utama penyebab perilaku agresif, yaitu faktor biologis, psikodinamika, frustasi-agresif, dan teori belajar sosial.
Perilaku menyakiti diri sendiri biasanya dilakukan oleh penyandang tunalaras tingkat berat, yaitu psikotik, autistik, atau schizopherinik yang dengan sengaja menyakiti diri sendiri secara berulang-ulang dalam berbagai bentuk perilaku yang menyebabkan luka tubuh dan tindakan tersebut dilakukan dengan intensitas, kecepatan, dan kemauan yang tinggi.
B.      Saran     
            Pihak sekolah dan pihak orang tua harus bekerja sama dalam memahami dan mengerti keinginan anak agar dapat ditentukan tindakan yang tepat untuk mengendalikan perilaku agresif dan menyakiti diri anak sendiri. Adanya sarana dan model pembelajaran khusus bagi anak tunalaras yang diberikan  oleh para ahli yang terbiasa menangani anak tunalaras yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan sifat ketunalarasan pada anak, sehingga anak mampu mimiliki kepribadian yang baik.






10

0 komentar :

Posting Komentar

 

Bimbingan dan Konseling PAUD Copyright © 2011 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting